Melanjutkan bacaan buku Tasawuf Modern Buya Hamka bahwa dari tiga sifat yang seharusnya dimiliki oleh orang beragama setelah malu adalah amanah.
"Menarik " bisik saya dalam hati. Menarik saat saya pikir saya sudah pahamlah apa arti dari amanah. Saat saya membaca lebih lanjut paparan Buya Hamka, saya membutuhkan waktu untuk berpikir.
Jadi ceritanya inilah yang namanya hidup kata Buya. Sudah menjadi sunatullah bahwa hidup itu adalah pertalian dari banyak manusia. Bahkan baru sekedar menghasilkan garam, kita membutuhkan ratusan orang yang terlibat. Belum lagi makanan yang tersaji di meja makan. Jika ada 2 jenis saja, sudah membutuhkan beberapa kali lipat orang-orang yang terlibat. Bahkan bisa jadi orang-orang yang terlibat berasal dari negara yang berbeda. Coba tengok pakaian yang kita gunakan. Industri pakaian membutuhkan peralatan-peratalan yang datangnya dari negeri lain. Begitupula alat-alat lain yang digunakan untuk mewujudkan kebutuhan kita.
Setelah kita paham bahwa hidup itu adalah terkait tentang banyaknya orang yang saling terhubung. Tentu dibutuhkan sebuah keteraturan agar semuanya bisa berjalan lancar. Disinilah peran pemerintahan hadir _ mengatur hajat hidup orang banyak. Maka_esensi dari amanah adalah terkait dengan niat mengatur hidup hajat orang banyak. Dipilihlah para pemimpin yang memegang peranan penting agar keadilan, kesejahteraan dapat dirasakan oleh semua orang yang hidup.
Apa kaitannya dengan pendidikan dan pengasuhan ? Jadi begini_itu bapak-bapak dan emak penguasa kan pernah melewati masa kecil ya? Yang artinya bahwa ada peran besar orang tua dalam pengasuhan dalam menumbuhkan sifat amanah dari anakknya .
Sifat amanah adalah sebuah sifat yang muncul karena kuatnya iman serta kecintaan kepada Allah. Itu fitrah, itu ada kaitannya dengan janji kita di alam ruh saat bersaksi bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb kita. Dan Allah menciptakan kita untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Bagaimana menumbuhkan sifat amanah dalam pengasuhan? Suburkan keterpesonaan anak pada kasih sayang dan hebatnya Allah. Hingga mereka paham bahwa anggota tubuh difungsikan untuk melakukan kebaikan sesuai dengan fungsi kekhalifahannya kelak. Menjaga fitrah jasmani dengan memakan makanan halal, thoyyib dan bergizi adalah bagian dari menjalankan amanah dari penjagaan fisik yang sudah diberikan.
Menjaga mana yang menjadi kepemilikan pribadi juga kepemilikan orang lain. So, jika anak batita (usia di bawah 3 tahun) anda tidak mau membagi kue donat pada temannya, janganlah anda paksa untuk memberikan kepada temannya. Jika anak batita anda tidak berkenan meminjamkan mainan kesayangannya, janganlah anda paksa. Karena itu adalah caranya untuk mempertahankan kepemilikan. Dan juga cara ia paham bahwa ia tidak boleh mengambil hak orang lain. Perlahan di perkembangan usianya, akan berkembang pula pemahaman tentang fitrah sosialnya. Tentu catatannya adalah kita mengisi perjalanan perkembangannya dengan mempesonakan kisah berbagi dari Rasulullah dan para sahabatnya.
Amanah adalah tentang bertanggung jawab. Mengenalkan tentang bagaimana ia dapat menghabiskan makanan yang ia ambil sendiri _dan bukan dipaksakan menghabiskan padahal ibunya yang mengambilkan dalam porsi yang besar. Kenalkan pada aturan-aturan juga kebermaknaan dari diterapkan aturan tersebut. Dan anak akan paham akan sebuah pilihan serta konsekuensi. Hingga anak siap hidup dalam ketaatan saat ia menginjak usia baligh.
Duduk pada saat makan adalah salah satu hal yang dianggap remeh pada pengasuhan batita. Padahal harusnya anak fokus dan terpesona dengan apa yang ia makan sebagai bagian dari nikmat yang Allah berikan. Bukan fokus pada tayangan teleivisi atau HP yang mereka tonton. Bahkan sambil disuapi dan bermain di luar rumah atau bahkan sambil memainkan mobil-mobilannya di atas meja makan. AIh bagaimana ia paham akan bertanggungjawab untuk menghabiskan makanannya, bahkan menikmatinya saja tidak. Padahal menghabiskan makanan adalah bagian dari menjalankan amanah.
Sedikit memang, kecil, terlihat tak penting, namun pengasuhan kita sangat menentukan apakah anak kita bisa menjadi manusia yang amanah. Menghargai kepemilikannya, mengajarkannya akan aturan-aturan di dalam rumah memang membutuhkan kekonsistenan serta kongruen. Tidak mudah, namun inilah hidup. Semua akan tercapai saat kita mau memulai dan siap menikmati proses. Maka tidak akan tercapai saat anda cepat merasa lelah dan tidak bersabar. Bukankah perilaku membutuhkan waktu untuk terus diulang-ulang?
Posting Komentar
Posting Komentar